Selasa, 09 Februari 2016

Hijrah Al-Kahf


Hijrah? Aku tahu. Tak hanya satu atau dua halang rintang yang menghadang. Selalu saja ada yang datang untuk menggoyahkan imanku. Menggoyahkan keistiqamahan yang sedang aku bangun secara perlahan. Tapi aku sangatlah yakin. Allah selalu memberikan jalan bagi setiap hamba – hambanya yang berkeinginan kuat untuk memperbaiki diri. Hijrah itu berproses. Dari kepompong yang bermetaforosis kelak menjadi seekor kupu – kupu yang indah jika dipandang. Begitu pula perjalanan kita dalam proses hijrah menuju keridhaan-Nya.
            Namaku Shafee Al-Kahf. Ya, aku adalah salah satu hamba Allah yang sedang berjuang mati – matian demi mendapatkan cinta Rabbku. Perihal susah atau gampang untuk tetap istiqamah dalam hijrah dijalan-Nya, ternyata tak ada artinya jika kita memiliki orang – orang yang mendukung dan terus mengingatkan kita jikalau kita khilaf. Alhamdulillah, aku memiliki sahabat – sahabat surga yang selalu menarik aku dalam dunia kebaikan. Yang jika berbincang dengan mereka aku selalu mengingat Allah. Tapi ternyata sahabat saja tak cukup. Aku memiliki penghalang rintang yang besar dalam hijrahku kali ini. Mama, yang dengan berbakti padanya aku bisa mendapatkan surga yang hakiki. Tapi mengapa jadi jeruji terbesar untuk aku melakukan perubahan – perubahan dalam hidupku?
            Allah, ada yang salahkah jika aku mengenakan penutup kepala ketika kakiku menginjakan teras rumah? Jujur saja aku malu akan auratku jika dipandang oleh yang bukan mahramku. Dan bukannya itu juga perintah-Mu untuk mengenakan jilbab bagi setiap muslimah yang beriman? Tapi mengapa mama melarangku untuk melakukan hal ini?
“De, ini kan cuma di teras rumah, gausahlah kamu sampai berlebihan seperti itu untuk mengenakan jilbab. Nanti takut disangka kamu masuk aliran tertentu. Apa yang dikata tetangga nanti?” . Astagfirullah aku merasakan sakit yang mendalam. Ada pilu yang menjerit ketika gendang telingaku merekam setiap denting kata yang mama lemparkan kepadaku sore itu. Allah bagiamana bisa hati ini tetap teguh diatas agama-Mu jika sumber terkasih yang selalu aku sayang pun melarang aku dalam keistiqamahan dijalan-Mu? Allah izinkan aku mengadu dipelukan-Mu. Aliran apa yang mama maksud? Tolong beritahu aku Allah aliran Islam mana lagi selain Islam yang Engkau turunkan untuk umat-umat terkasih-Mu di muka bumi ini? Karena yang kutahu Islam hanya satu, dan tidak ada Islam-Islam yang lain. Tolong beritahu aku letak kesalahanku dimana? Jika kau ingin tau mama, segala perubahan yang aku lakukan ini pun semata untuk kebahagiaan mama. Bukankah angan – angan jika memiliki anak yang soleh – solehah itu bisa membanggakan? Tak hanya bisa membanggakan di mata manusia, tapi kelak dimata Allah.
            Ketika teman – temanku yang lain sedang berlomba mempercantik diri agar bisa terlihat indah dimata semua lelaki, apalah dayaku yang hanya terbalut sederhana dalam kain jilbabku? Karena aku tak ingin dipandang indah oleh semua lelaki. Biarkan aku seperti melati yang indahnya hanya dipandang oleh permata yang bernama suami. Allah mengapa saat aku berjuang untuk memenjarakan hati hanya untuk-Mu, ada saja duri – duri yang coba menyakitiku? Aku putuskan cinta ini aku tujukan hanya untuk mencintai sumber terkasih terbesar didunia ini, yaitu mencintai-Mu. Karena aku sangat tahu jika cinta ini aku labuhkan kepada salah seorang hamba-Mu, cinta ini akan ternodai. Cinta suci ini akan kotor. Tak hanya itu, berharap pada selain-Mu itu akan menimbulkan sakit yang mendalam. Maka dari itu aku selalu gantungkan harapan ini hanya pada-Mu. Maka dari itu pula aku menjauhkan diri dari maksiat yang bernama pacaran. Allah tapi mengapa aku dianggap aneh dimata mama ketika aku tak bergandengan dengan seorang lelaki seperti teman-temanku yang lain?
“ Kenapa sampai sekarang mama gapernah liat kamu punya pacar seperti teman – teman kamu yang lain de? Apa kamu ga normal tidak menyukai laki – laki?” lagi – lagi aku mendapat tamparan hebat dari lidah Mama. Allah bukankah cinta itu kodrat dari-Mu? Aku pun sama seperti teman – temanku yang lain. Cinta ini, si merah muda ini selalu datang mengusik imanku. Rasa ini pun pernah kulabuhkan pada salah satu hamba-Mu. Tapi pada akhirnya aku mengalami sakit yang mendalam. Maka dari itu rasa itu selalu kutikam dengan jelas setiap kali ia datang menggoyahkan imanku. Bagaiamana mungkin aku melakukan maksiat yang begitu keji itu? Perbuatan yang jelas – jelas diharamkan oleh Rabb-Ku? Jika daging babi saja aku enggan memakannya karena telah jelas haramnya. Bagaimana bisa aku menghalalkan pacaran yang juga sudah jelas itu adalah jalan menuju zina dan akan dilipat gandakan adzab untuk yang melakukannya. Ada yang salah jika sekarang aku sibukkan untuk memperbaiki diri untuk menjemput jodohku kelak?  Bukankah jodoh kita sudah tertulis di Lauhul Mahfudz? Mau diambil dari jalan halal ataukah haram, bukankah akan dapatnya yang itu juga? Bukan tentang apa, berapa, atau siapa. Tapi bagaimana Allah memberikannya. Mau diulurkan lembut mesra ataukah dilempar dengan penuh murka.
Ma, rasanya aku ingin bisikan pada gendang telingamu ma. Aku memang tidak bisa membuat mama bahagia di dunia, tapi izinkan aku membuat mama bahagia disurga kelak. Izinkan aku menjadi seseorang yang bisa mama banggakan kelak di akhirat nanti. Jadi hijab mama dari api neraka adalah impian terbesarku. Aku hanya ingin kita bahagia bersama di surga yang hakiki. Aku tak perduli dengan apa yang dikata mama padaku sekarang. Bukan maksud aku menjadi anak yang tidak penurut dan pembangkang ma, bukan! Tidak ada niatan hati ini sedikitpun untuk melukai hatimu karena aku tak mengikuti perintahmu. Hati ini ikhlas menerima semua apa yang dikata mama. Aku masuk aliran agama tertentu? Aku ikhlas ma, jikalau mama menyangka aku seperti itu. Aku tumbuh menjadi anak yang tak normal karena tak menyukai lawan jenis seperti teman – temanku yang lain? Aku pun ikhlas ma. InshaAllah aku ikhlas. Tapi satu yang perlu mama tau. Aku akan jadi tali penolong mama yang akan kutarik dari pedihnya api neraka. Izinkan aku melindungimu dari siksa api neraka kelak ma, InshaAllah.








Selasa, 02 Februari 2016

Rindu yang Tak Bertahta


Ada semburat kasih yang terpancar
Dalam lautan melodi yang tergambar
Hadirnya begitu sempurnakan hidupku
Melengkapi alunan hidup yang syahdu
            Kesetiannya melantun dalam setiap do’a dan harapan
            Yang mengalir begitu deras dalam setiap kehampaan
            Dialah penerang dikala hati ini tertimpa kerisauan
            Penuh gundah dan kepiluan
Ada kelu yang tak sempat terlisankan
Ada rindu yang tak sempat terungkapkan
Dalam semilir angin kehangatan
Bersama kasih yang bercengkraman
            Aku tahu !
            Sekarang bukanlah dulu !
            Tapi izinkanlah aku untuk menderu !
            Dalam bait - bait rindu !
Allah Wahai Rabbku
Kutitip Ibu dalam dekapanMu
Dalam hangatnya pangkuanMu
Karna aku tahu
Dialah calon penghuni syurgaMu

-Telah terbit dalam buku "My Family Is My Life" dari Mawar Publisher-